Menu

Slide

Monday 13 February 2017

Contoh Cerpen Bahasa Indonesia


Bagi teman2 yang lagi bingung buat cerpen dan cari-cari inspirasi, ini salah satu cerpen yang saya buat sendiri. ga yakin sih kalo itu bener, namanya juga belajar. semoga bermanfaat aja..

TEMAN MUKA DUA YANG INGIN MOVE ON

            Hidup itu terasa manis, tetapi terkadang sebaliknya. Itulah kehidupan, kita harus sabar untuk menjalani itu semua dan harus move on untuk menjadi yang lebih baik.
            Pada siang hari, tepatnya pada saat bel pulang sekolah berbunyi, Viko dan teman-temannya mulai berkemas pulang sekolah. Saat Viko sampai tempat parkir tiba-tiba datang seseorang berambut mohak mendatanginya. Dia bernama Bruno, dia ketua geng salah satu kelompok di luar sekolah. Dia berniat mengajak Viko untuk bergabung menjadi salah satu anggota dari kelompoknya. Viko menolak permintaan itu, dia tidak ingin ikut-ikutan dalam hal yang menurutnya negatif. Tetapi Bruno terus mendesak Viko untuk bergabung. Kemudian, ada dua orang yang datang memanggil Bruno dengan sebutan “Bos”. Dia bernama Ali dan Vean, mereka tergabung dalam kelompok geng yang dikepali oleh Bruno tersebut. Keduanya membantu Bruno untuk membujuk Viko ikut dalam kelompoknya. Dengan berbagai alasan yang diucapkan kepala geng, akhirnya Viko pun ikut bergabung dengan kelompok itu. Bruno sekaligus mengajak Viko untuk kumpul jam 3 sore di tempat tongkrongannya.
            Pada pukul 3 sore, Bruno, Ali, Vean dan teman-temannya yang juga kelompok geng, berkumpul seperti biasa dengan di tempat favoritnya tersabut. Bruno menunggu Viko, teman baru yang sudah bergabung di kelompoknya. Tidak selang beberapa lama datang Viko dengan muka polosnya yang belum tahu apa-apa dan belum pernah merasakan masuk dalam geng. Dia duduk pada kayu yang melintang bekas gerobak tua agak jauh dari teman-teman yang lain. Semua orang disana terdiam sambil melihat Viko dengan wajah garang. Kemudian Bruno alias bos geng tersebut berjalan mendekati Viko, dia berdiri tepat di depan si muka polos tersebut dan berkata “sekarang aku bos mu disini”. Viko hanya mengangguk. Bruno memperkenalkan anggota barunya itu keteman-temannya yang lain. Karena muka polos Viko dan sikap yang masih kaku, beberapa anggota tidak setuju adanya Viko di sana termasuk Ali. Tetapi Bruno tetap memasukan Viko dalam kelompok tersebut.
            Pada malam hari seusai makan malam, Viko tidak belajar melainkan dia langsung menuju ke tempat tidur. Padahal, hari-hari sebelum masuk dalam geng, Viko anak yang rajin belajar. Setiap habis makan malam dia langsung belajar dengan rutin. Berbeda dengan yang terjadi setelah masuk geng. Mungkin Viko mulai lelah.
            Keesokan hari di sekolah, Viko duduk sendiri di depan, kemudian Bruno mengajak Viko untuk duduk di bangku paling belakang. Bruno berpesan kepada Viko untuk tidak bercerita yang menyangkut tentang geng ke teman-teman sekolah. Viko sudah terhipnotis oleh perilaku negatif Bruno, dan dia pun merasa bangga dengan itu semua..
            Pada saat istirahat,  Viko berjalan bersama Bruno, Ali dan Vean untuk menuju ke kantin sekolah. Tiba-tiba ada suara dari belakang yang memanggil Viko, yaitu Ronald. Ronald adalah teman yang dulu sering bermain bersama dengannya. Namun kali ini Ronald ingin mengajak Viko untuk belajar bersama dirumahnya.
Ronald : “Hai Viko.” (menyapa)
Viko    : “Hai bro, ada apa?”
Viko berhenti, sedangkan Bruno, Ali, dan Vean terus berjalan menuju kantin.
Ronald : “Nanti siang ada acara enggak?”
Viko    : “Memangnya ada apa?”
Ronald : “Belajar bareng yuk.”
Viko    : “Sorry, aku nanti ada acara.”
Ronald : “Kalo boleh tahu, ada acara apa?”
Viko    : “Ada deh, Penting pokoknya. Lain kali aja ya bro.”
Ronald : “Ya udah deh.”
Viko langsung lari menyusul ke grombolan Bruno. Setelah sampai di kantin, Bruno ingin mengajak Viko, Ali, Vean dan juga mengundang anggota geng untuk merayakan hari ulang tahunnya. “Nanti siang datang ke rumahku ya.” Kata Bruno. “emangnya ada apa?” jawab Ali.  “ Ada deh, liat aja entar.” Imbuh Bruno sambil minum es teh. Sebenarnya Viko tidak bisa datang, namun demi bisa berkumpul dan tidak menyianyiakan kesempatan itu, Viko pun bersedia datang walaupun harus membatalkan acara yang sebelumnya.
Siang harinya, Viko berencana datang ke rumah Bruno, dia ingin ikut merayakan ulang tahun si kepala geng itu. Tetapi cuacanya sangat tidak mendukung, awan mendung yang tebal, angin bertiup kencang, dan hujan mulai lebat. Viko jadi tidak sempat datang ke rumah Bruno. Disamping itu memang jarak rumah Bruno yang sangat jauh dari rumah Viko. Sedangkan Ali, dan Vean datang ke rumah Bruno, kebetulan rumah ketiganya berdekatan dan cuaca hanya mendung, tidak hujan. Bruno kecewa karena Viko tidak datang. Padahal Viko sudah mengirim pesan dari ponselnya untuk memberitahu Bruno dengan alasan hujan lebat di rumahnya, tetapi Bruno tidak percaya karena menurutnya Viko hanya beralasan saja. Kemudian Bruno, Ali, dan Vean berencana untuk memberi pelajaran kepada Viko di sekolah.
Hari pun berganti, Viko bersiap untuk berangkat sekolah. Ia datang lebih awal, bermaksud untuk meminta maaf kepada Bruno, karena kemarin dia tidak ikut merayakan hari ulang tahun Bruno. Sesaat sampai di sekolah, Viko bertemu dengan Bruno. Viko memanggil Bruno berniat untuk meminta maaf, sekaligus ingin mengucapkan selamat karena kemarin dia belum sempat, tetapi Bruno berpaling muka dan langsung masuk ke kelas. Sesampainya di kelas Viko bertanya kepada Bruno, Ali, dan Vean “Kenapa sih kalian hari ini berbeda?” tanya Viko. “Enggak, enggak ada yang berbeda kok.” Jawab Ali sambil bertatap-tatapan kepada Bruno. “Kenapa kemarin kamu enggak datang ke rumahku?” tanya Bruno kepada Viko. “Aku kemarin kan udah bilang kalau di rumahku hujan lebat.” Dengan muka kesal karena merasa tidak dipercaya. “Kenapa tidak bawa mobil? atau bilang aja suruh njemput ke rumahmu.” Sahut Bruno dengan santai. “Mobil di rumahku masih dibawa Ayahku kerja, dan kalau aku nyuruh kalian untuk jemput aku, aku tidak enak sama kalian bertiga.” Jawab Viko. “Kenapa harus tidak enak? Biasanya kamu juga nyusahin kok.” Imbuh Vean. “Loh kok kalian sekarang gitu, nggak seperti dulu waktu pertama mengajak Aku masuk ke kelompok kalian?” Tanya Viko. “Dulu dengan sekarang itu beda, terus kamu mau apa?” Balas Bruno. Dengan muka kesalnya, Viko langsung memindah tasnya untuk memilih tempat duduk jauh dari Bruno.
Setelah bel istirahat berbunyi, Viko memilih ke kantin sekolah untuk menyendiri sambil mengambil minuman. Tiba-tiba Bruno cs datang ke kantin dan menyenggol minuman yang di bawa Viko hingga jatuh ke tanah. Viko pun marah dan mulai berani kepada mantan Bosnya itu, karena Viko sudah tidak menganggap kalau itu kelompoknya. Kemudian Viko di keroyok oleh Bruno, Ali, dan Vean, tetapi tiba-tiba Ronald pun datang untuk melerai mereka. Bruno cs langsung kembali ke kelas. Viko kembali mengambil minuman yang baru dan kembali duduk di kantin sekolah bersama Ronald. Viko merapikan bajunya setelah tadi berkelahi dengan Bruno. Ronald bercerita disamping Viko tentang kejelekan Bruno diluar sekolah, dia lebih tahu karena Ronald sering melihat Bruno dengan kelompoknya melakukan tindak kriminal. Viko pun hanya diam dan tidak mau bercerita kepada Ronald tentang masalah yang dihadapinya. Dia masih menyimpan rasa dendam kepada Bruno dan kelompoknya. Setelah bel masuk berbunyi, Viko dan Ronald kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran sampai bel pulang sekolah berbunyi.
Malam harinya, Viko makan malam bersama keluarganya. Setelah makan malam Viko kembali ke kamar tidurnya. Viko merencanakan sesuatu untuk bisa membalas apa yang dilakukan Bruno cs kepadanya tadi pagi.
Pagi harinya, Viko berangkat ke sekolah pukul 6.30 WIB. Ia langsung memilih tempat duduk berdampingan dengan Ronald. Kemudian mereka berdua menuju ke kantin sebelum bel masuk sekolah. Sebagai teman yang sangat dekat, Viko mulai menceritakan kepada Ronald tentang masalah yang dialaminya. Ronald pun kaget karena Viko ternyata sudah terpengaruh sifat jeleknya Bruno. Dia memberi saran kepada Viko untuk tidak membuat masalah dengan Bruno karena mereka pasti akan memberi pelajaran kepada orang yang berani padanya. “Kamu nggak usah membuat masalah padanya, dari pada nanti masalahnya tambah panjang dan nggak akan selesai.” saran Ronald. “Tetapi aq masih ingin membalas apa yang telah dia buat padaku.” jawab Viko. “Nggak mungkin bisa. kamu membalas satu kali, dia akan membalas berkali-kali.” imbuh Ronald. Viko kemudian terdiam dan berfikir... “entahlah. Yuk masuk kelas.”
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Viko berjalan menuju ke tempat parkir motor. Tetapi sebelum sampai di tempat parkir, Viko di hadang oleh Bruno, Ali, Vean. “Ada apa ini?” tanya Viko. “Kamu masih mau jadi anggota kelompok kami enggak?” Bruno berbalik tanya. “Nggak mau, kelompok nggak punya otak semua.” jawab Viko dengan cuek. Kemudian Bruno langsung menghajar Viko tanpa melihat orang sekelilingnya. Viko tidak hanya diam, tetapi malah membalas dan perkelahian pun tidak terhindarkan didepan banyak siswa lainnya. Tiba-tiba ada guru yang mengetahui kejadian tersebut. Akhirnya Viko dan Bruno dipanggil guru kesiswaan sekolah itu. Saat ditanyai masalah apa yang dialami keduanya, Bruno langsung menyahut dan menyalahkan Viko. Katanya Viko yang memulai masalah tersebut. Viko pun membantah tuduhan yang dilontarkan dari Bruno, dia merasa menjadi korban. Tetapi berbagai alasan, dan fitnah yang dikatakan oleh Bruno dibantu oleh Ali dan Vean. Akhirnya Viko yang diberi hukuman dari guru, dan orang tua Viko dipanggil ke sekolah.
Hari selanjutnya, Viko dirumah diperingatkan keras oleh kedua orangtuanya. Viko tidak boleh bermain keluar rumah sampai larut malam, dan selalu di pantau oleh kedua orang tuanya. Saat seusai makan malam, Viko kembali ke kamarnya. Viko melamun dan bertanya kepada dirinya sendiri. Dia baru sadar kalau hal yang membuatnya menjadi negatif adalah kelmpok dari geng yang nggak jelas. Dia menyesali dengan apa yang telah dia buat. Saran dari sahabat dekatnya pun juga jadi bahan evaluasi tentang sikap dirinya.
Akhirnya Viko menjalani kehidupannya seperti yang dulu. Dia ingin berubah. Berubah dari kejelekan menjadi kebaikan. Dia tidak akan menengok kebelakang, tetapi yang akan dia lakukan adalah menatap masa depan. Masa depan yang cerah dan dengan penuh semangat.

No comments:

Post a Comment